This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

December 25, 2014

Buku-Buku Pegangan Guru untuk SMA/SMK/MA

Buku-buku Pegangan Guru

Buku Klas 10 :

Matamatika   download
Biologi  download
Fisika   download
Kimia  download
Bhs English  download
Mampu Bhs Indonesia Klas 10  download
Bahasa & Sastra Indonesia Klas 10 download
Bhs Indoensia Klas 10 download

Buku Klas 11 :

Buku Matemetika Klas 11 Program IPA download
Buku Matamatika Klas 11 Program IPA   download
Buku Matamatika Klas 11 Program IPA   download
Buku Matamatika Klas 11 Program IPA download
Buku Biologi klas 11 download
Buku English Klas 11 download
Buku Antropologi Klas 11 download

Buku Klas 12 :

Buku Matamatika Klas 12 download
Buku Kimia Klas 12 download
Buku Antropologi Klas 12 download
Buku Antropologi Klas 12 download
Buku Antropologi Klas 12 download
Buku Antropologi Klas 12 download
Buku Antropologi Klas 12 download


December 24, 2014

Info Penting 2


Facing Reality, Confront Brutal Facts
(by : Arief Yahya - Dirut Telkom)

Seorang pemimpin yang kuat haruslah melihat dengan clear eyes, melihat harus apa adanya.
 Fakta itu lebih hebat dari pada kharisma.
Katakanlah sesuatu sesuai dengan faktanya dan apa adanya, dengan demikian maka kita akan jauh lebih mudah untuk menghadapi realitas ini. Bila ternyata analisis menyatakan bahwa bisnisnya tidakm enguntungkan maka kita harus berani menyatakan tidak.

kata-kata “keep, fix, sell” dari Jack Welch. Jadi bila sesuatu itu dinyatakan bagus dan sesuai dengan kenyataan maka keep it, apabila kurang bagus maka segera perbaiki (fix it), kalau tidak bagus juga yadijual (sell it). “Be number 1, or be number 2, or be gone”.

Menghadapi kenyataan kadang kala mengejutkan dan membuat kita harus berhadapan dengan fakta yang brutal. Jim Collins dalam bukunya “Good to Great” menyatakan bahwa kadang kala kita mendapatkan fakta lapangan yang ”pahit”, berantakan, sangat jauh dari ideal, dan penuh dengan kesalahan. Fakta brutal tersebut haruslah disikapi dengan positif, optimis, dan keyakinan bahwa perusahaan akan mampu menghadapi kenyataan demikian. Pengalaman menunjukkan, dengan memahami fakta brutal akan memunculkan ide kreatif, dan pada akhirnya akan menjadikan sebuah perusahaan menjadi kuat dan besar (great company).


Dalam menghadapi perubahan ini yang sayacobalakukanadalahmelakukan freeing, forming, dan freezing.  Freeing disini adalah membebaskan silo-silo atau sekat-sekat dalam perusahaan. Silo merupakan brutal fact yang harus kita hadapi, suatu kenyataan bahwa kita ini tidak solid. Karena itulah secara tegas saya nyatakan bagi individu yang tidak mempunyai spirit solid dipersilakan untuk memilih perusahaan lain yang tidak menuntut sinergi. Ini merupakan hal yang sangat mendasar dan betul-betul harus dipahami oleh kita semua.

Seorang leader harus melakukan setting high standard di awal kepemimpinannya. Karena bilat idak, maka selanjutnya kita hanya akan menemui ketidakpastian. Bila basic believe kita benar maka values dan behaviors  kita akan benar. Ini Harus kita yakini dan menjadi dasar untuk memenangkan persaingan.

Demikianlah facing reality. Strong leadership itu berawal dari facing reality. Karena dengan melihat fakta yang sebenarnya, kita akan dapat menentukan apa yang harus kita lakukan dengan tepat. Hal ini mengajarkan kita untuk menghadapi kenyataan, meskipun fakta itu  brutal.
Sebagaipenutup CEO Message, karena facing reality inilahmakamunculsalahsatubisnisbaruyaitu Indonesia Wi-Fi.

December 23, 2014

Pesan Penting



First Who then What
Pilih orangnya dulu, kemudian katakan keinginanmu…
(by Arief Yahya Dirut Telkom)
CEO Message kali ini masih tentang value yang ,menyangkut human capital, yakni First Who then What.

Jim Collins dalam buku “Good to Great” menyebutkan bahwa terdapat dua proses besar untuk menggulirkan perubahan dalam perusahaan Good to Great yakni : pertama proses build up” yang terdiri dari Level 5 Leadership, First Who then What, & Confront the Brutal Facts . Proses kedua, “breakthrough”  yang terdiri dari Hedgehog Concept, Culture of Discipline, & Technology Accelerators.

Tentang First Who then What ini, mungkin diantara kita umumnya First What then Who. Kita seringkali terjebak. Kita mengatakan visi dan misi, kemudian setelah itu kita pilih orang-orangnya.  Ketahuilah bahwa itu adalah baru Level 4 Leadership.  Untuk Level 5 Leadership tidaklah seperti itu, tetapi First Who then What.

Dalam perusahaan Good to Great, adalah penting untuk memilih orang-orang terlebih dulu dibandingkan menetapkan apa yang harus dilakukan. Bila diilustrasikan dengan sebuah bus, transformasi Good to Great bukan pertama-tama membayangkan ke arah mana mengemudikan bus dan kemudian mencari orang untuk menuju ke sana. Tetapi yang pertama-tama justru mencari orang yang tepat untuk disertakan dalam bus dan baru kemudian membayangkan kemana membawa bus tersebut.  Karenanya, hal yang pertama kali dilakukan oleh Good to Great Leaders dalam memulai transformasi adalah menempatkan orang yang tepat didalam “bus”nya.

Good to Great Leader  memahami tiga kebenaran sederhana, Pertama,  selalu dimulai dengan “siapa” (who) daripada “apa” (what). Hal ini akan membantu kita beradaptasi terhadap perubahan dunia. Kedua, bila mempunyai orang yang tepat berada di dalam “bus”, sebagian masalah dalam memotivasi dan mengelola orang akan hilang. Orang yang tepat akan memotivasi dirinya sendiri untuk selalu memberikan hasil yang terbaik. Ketiga, arah yang tepat namun dengan orang yang tidak tepat, tidak akan pernah menciptakan perusahaan yang hebat (great company)Visi yang hebat tanpa orang yang hebat adalah tidak tepat (Great vision without great people is irrelevant)
Ada beberapa contoh perusahan hebat (great company) yang mengimplementasikan First Who then What, antara lain Wells Fargo dan Bank of America. 
CEO Wells Fargo, Dick Cooley memperkirakan bahwa industri perbankan akan mengalami perubahan. Namun ia lebih fokus “mencari orang yang tepat”  dibanding fokus terhadap perubahan industri tersebut. Cooley mengatakan bahwa dengan memilih orang yang tepat, maka kelak merekalah yang secara fleksibel akan dapat mengatasi perubahan di masa depan.
Dengan menempatkan orang-orang yang tepat dalam “bus”nya, Wells Fargo memiliki kinerja yang luar biasa, melebihi pasar lebih dari tiga kali lipat. Hal ini terjadi pada saat industri perbankan turun 59% dibawah semacam IHSGnya (Index Harga Saham Gabungan).
Sementara Bank of America awalnya melakukan pendekatan yang berbeda, mengikuti suatu model yang disebut  “Jendral yang lemah, Letnan yang kuat”.  Mereka beranggapan, jika memilih jendral yang kuat untuk posisi kunci, maka kompetitor akan pergi. Jika memiliih jendral yang lemah, maka letnan yang kuat kemungkinan besar akan selalu berada disekitarnya. Namun, jendral yang lemah di Bank of America ternyata selalu menunggu arahan dari atasannya.

CEO Bank of America, Sam Armacost yang diwarisi model Jendral yang lemah, mengatakan “Saya datang dengan kondisi yang agak menyedihkan pada beberapa pertemuan manajemen. Tidak ada satupun yang menentang saya, bahkan saya tidak mendapatkan masukan. Mereka semua menunggu untuk melihat kemana arah angin akan bertiup.”

Pada tahun 1998, dari nilai kumulatif dari yang diinvestasikan, pasar umum (general market) mencapai 20 kali lipatnya. Well Fargo mencapai 75 kali lipatnya, sedangkan Bank of America hanya 15 kali lipatnya.

Selain contoh tersebut, ada sebuah perusahaan yang menerapkan Level 4 Leadership First What then Who, yakni Apple. Perusahaan tersebut menggunakan model seorang “genius dengan seribu pembantu (Genius with a thousand helpers).  Pada model ini, perusahaan merupakan platform bagi para talent dari individu-individu yang luar biasa.  Perusahaan-perusahaan yang menggunakan pendekatan ini biasanya akan sukses sampai dengan talent “genius” tersebut keluar dari perusahaan. Contohnya adalah Steve Jobs.
Perusahaan-perusahaan yang menerapkan First Who then What tidaklah memiliki budaya yang kejam (ruthless) melainkan tegas (rigorous).
Ruthless berarti mengganti orang sembarangan tanpa pertimbangan yang matang.  Ia membiarkan orang tetap bekerja pada hal-hal yang banyak membuang waktu berharganya, sementara pada saat yang bersamaan sebenarnya ada kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih baik.

Sedangkan rigorous berarti secara konsisten menerapkan standar yang tepat pada setiap kesempatan dan tingkatan. Orang-orang terbaik tidak perlu merasa khawatir atas posisinya dan dapat berkonsentrasi penuh pada pekerjaannya.

Bagaimanakah cara bersikap tegas (rigorous) ?

Pertama, ketika ragu, jangan diterima, tetaplah mencari yang terbaik.

Untuk tumbuh, perusahaan jangan fokus pada pasar, teknologi, dan kompetisi. Perusahaan sebaiknya konsentrasi pada pencarian orang-orang hebat dan mempertahankannya.

Hukum Packard (berasal dari David Packard, salah seorang pendiri Hewlett – Packard) menyebutkan ” Tidak satupun perusahaan dapat menumbuhkan revenue/pendapatan secara konsisten lebih cepat dibanding kemampuannya memilih orang-orang yang tepat untuk mengimplementasikan pertumbuhan tersebut dan masih menjadi perusahaan hebat.”
(Packard’s Law : “No company can grow revenues consistently faster than its ability to get enough of the right people to implement that growth and still become a great company.”)
Kedua, ketika Anda tahu bahwa perlu dilakukan perubahan orang, lakukanlah.
Orang-orang hebat tidak perlu diatur, namun perlu dibimbing dan diberi pengertian. Apa yang terjadi pada orang-orang yang tidak tepat ? Ketika Anda membiarkan orang-orang yang tidak tepat tetap berada di posisinya, orang-orang yang tepat masih perlu untuk diberikan kompensasi atas ketidaktepatannya. Dalam hal ini, kompensasi bukan untuk memotivasi. Orang-orang yang tidak tepat akan selalu menjadi pikiran bagi Anda dan seringkali menghabiskan energi Anda.
Dalam melakukan perubahan, lakukanlah segera, jangan menunggu. Seringkali perubahan orang ini ditunda-tunda disebabkan ketidaknyamanan untuk mengeluarkan orang-orang yang tidak tepat. Hal tersebut seringkali berdampak pada orang-orang yang tepat.
Perusahaan-perusahaan Good to Great tidak memiliki teori “try a lot of people and see who works”. Mereka menggunakan waktunya untuk mencari orang yang sangat tepat untuk suatu posisi.  Ketika Colman Mockler menjadi CEO Gillette, ia menggunakan 55% waktunya di 2 tahun pertama  untuk mengubah dan memindahkan 38 dari 50 orang tim manajemennya.
Kapan waktunya melakukan hal tersebut ? Ada 2 pertanyaan  kunci yang dapat membantu : jika Anda mencoba untuk menempatkan seseorang di suatu tempat, tanyakan pada diri Anda  “Apakah Anda akan menerima mereka kembali?”  dan jika ada orang yang datang kepada Anda dan berkata bahwa dia akan keluar, “Apakah Anda merasa kecewa atau bisa menerimanya?”
Ketiga, tempatkan orang-orang terbaik Anda pada peluang terbesar, BUKAN pada masalah terbesar.
Ada kewajaran yang sangat penting untuk selalu diingat. When you decide to sell off your problems, don’t sell off to your best people. (bila Anda memutuskan untuk mengobral masalah Anda, jangan mengobral orang terbaik Anda). Hal tersebut merupakan salah satu rahasia perubahan. Jika Anda dapat menciptakan tempat dimana orang-orang terbaik selalu berada di “bus” Anda, mereka dipastikan akan mendukung setiap perubahan.
Salah satu elemen yang penting dalam menjadikan perusahaan dari baik menjadi hebat adalah yang disebut paradoks. Anda membutuhkan eksekutif yang dapat berdebat dan memiliki argumen untuk memperoleh jawaban terbaik pada satu sisi, namun di sisi lainnya, para eksekutif tersebut juga secara penuh solid mendukung keputusan yang telah dibuat.
Perusahaan-perusahaan Good to Great membuat kebiasaan menempatkan orang-orang terbaiknya pada peluang terbesar, bukan pada permasalahan terbesar. Manajemen Good to Great terdiri dari orang-orang yang bersemangat saling berdebat untuk mendapatkan jawaban yang terbaik dan SOLID mendukung keputusan tersebut. Orang-orang yang tepat adalah aset terpenting Anda. (The right people are your most important assets). Orang-orang yang tepat lebih kepada karakter (attitude) dan kapabilitasnya (capability)  dibandingkan pengetahuan spesifik (knowledge), latar belakang ataupun keahlian tertentu (skill). 
Semoga perusahaan yang kita cintai ini juga mampu mengimplementasikan First Who then What sehingga mampu menempatkan orang-orang terbaik di pusat-pusat pertumbuhan